Rabu, 20 Januari 2010

Tradisi Ngater

Kecuali sarat dengan kegiatan nuansa keagamaan, bulan Ramadhan
juga merupakan bulan penuh simpati dan persaudaraan sosial. Masjid dan mushala hampir dipastikan ramai oleh para jemaah yang menunaikan shalat fardhu, shalat tarawih, dan tadarusan.
Sementara itu, masyarakat juga memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk saling menolong dan lebih mempererat tali persaudaraan. Karena itu, menjelang magrib, biasanya masyarakat di Lombok saling mengirim makanan kepada tetangga sekitarnya. Makanan dalam nampan ini diantarkan kepada tetangga terdekat hingga tetangga yang cukup jauh.
Mengantar makanan sesama tetangga untuk santapan berbuka puasa ini, di Lombok acapkali disebut ngater, ngejot, dan menaek.
Ngater, mungkin berasal dari kata mengantar. Ngejot, biasanya diberikan pada keluarga dan tetangga, sedang menaek mungkin asal dari kata naik, khusus mengirimkan makanan untuk jemaah di masjid.
Menurut Agus Fathurrahman, pemerhati budaya Sasak Lombok, mengantar makanan ke masjid diduga terkait dengan tradisi di Masjid Nabawi. Di masa silam, masjid juga berfungsi sebagai tempat para musafir singgah untuk melaksanakan shalat, termasuk saat bulan Ramadhan. Masyarakat sekitar masjid yang mengetahui ada jemaah kemudian menyumbangkan makanan untuk berbuka puasa.

Makanan yang diantar dalam ngater, ngejot, dan menaek yang merupakan tradisi masyarakat Lombok ini jenisnya bermacam-macam, tetapi umumnya merupakan makanan khas Lombok, seperti kolak, buah, pecel, pelecing kangkung, nasi dan lauk-pauk. Tidak harus setiap hari mengirimkan makanan pada tetangga, bisa juga hanya dua hari sekali, tiga hari sekali, bahkan sepekan sekali.
Uniknya, tradisi ngater ini tidak hanya dilakukan masyarakat yang beragama Islam. Tradisi ini bahkan sudah mengurat akar, sehingga mayarakat non-Muslim pun ikut mengirim makanan kepada tetangganya, tanpa memandang agama, namun hanya dengan motivasi mempererat ikatan kekeluargaan.
Di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, misalnya, perkampungan etnis Sasak dan etnis Bali Lombok yang beragama Hindu hanya dipisahkan gang kecil. Namun, masyarakat berbeda etnis tersebut hidup rukun berdampingan dan saling menolong. Ketika
hari besar agama Hindu, misalnya warga etnis Sasak mengirimkan
rupa-rupa makanan. Sebaliknya, saat Ramadhan dan menjelang Lebaran, gantian etnis Bali yang beragama Hindu yang balas mengantar buah-buahan dan hasil pertanian. Saling memberi makanan ini dilakukan secara tulus dan tidak mengharap imbalan apa pun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar